Di era di mana inovasi teknologi semakin mendominasi, nama-nama besar seperti Elon Musk seringkali menjadi sorotan utama sebagai pelopor energi terbarukan.
Namun, Indonesia memiliki sosok yang juga tak kalah inovatif di bidang energi alternatif:
Joko Suprapto, pria asal Klaten, Jawa Tengah, yang sempat menciptakan mesin kendaraan berbahan bakar air.
Meski namanya tidak setenar Musk jadinya kalah klaimnya sebagai penemu mesin kendaraan pertama kali, perjalanan hidup dan inovasinya Pak Suprapto adalah kisah yang layak untuk diangkat.
Lalu bagaimanakah kabarnya Pak Joko Suprapto yang kalah tenar dengan klaimnya Elon Musk sebagai penemu mesin tenaga air pertama ?
* Baca juga: Fakta Modernisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Malas Gerak.
Joko Suprapto Itu Siapa ?
Joko Suprapto adalah seorang penemu autodidak dari Indonesia yang dikenal atas idenya mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.
Sekitar tahun 2000-an, ia memperkenalkan teknologi berbasis elektrolisis yang mampu memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen.
Hidrogen yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar untuk menggantikan atau mengurangi konsumsi bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor.
Penemuan ini langsung menarik perhatian publik, termasuk pemerintah Indonesia, karena menawarkan solusi potensial untuk krisis energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Teknologi tersebut dianggap revolusioner, terutama dalam konteks Indonesia, negara dengan populasi besar yang sangat bergantung pada impor bahan bakar minyak.
Teknologi Mesin Tenaga Air
Joko Suprapto menggunakan metode elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen dari air. Dalam prosesnya, arus listrik dialirkan melalui air, memecah molekul H2O menjadi hidrogen (H2) dan oksigen (O2).
Hidrogen ini kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk menggerakkan mesin kendaraan.
Mesin rancangan Joko diklaim dapat dipasang pada kendaraan roda dua maupun roda empat.
Dengan inovasinya, kendaraan dapat berjalan dengan campuran bahan bakar air dan bensin, atau bahkan sepenuhnya menggunakan air sebagai bahan bakar.
Ide ini sangat menarik perhatian karena berpotensi mengurangi biaya operasional kendaraan secara signifikan.
Respon Publik Dan Pemerintah
Saat pertama kali diperkenalkan, penemuan Joko Suprapto mendapat apresiasi besar.
Ia diundang ke berbagai acara untuk mempresentasikan teknologinya.
Bahkan, beberapa kendaraan uji coba menggunakan mesinnya dilaporkan berhasil berjalan dengan baik.
Pemerintah dan sejumlah pihak swasta sempat menunjukkan minat untuk mengembangkan temuannya lebih lanjut.
Namun, perjalanan Joko tidak berjalan mulus. Kurangnya dukungan finansial dan tantangan teknis membuat inovasi ini tidak berkembang secara komersial.
Di sisi lain, banyak pihak meragukan keandalannya, menganggap teknologinya terlalu maju untuk diterapkan secara praktis pada saat itu.
Di Mana Joko Suprapto Sekarang ?
Kabarnya, Joko Suprapto tetap tinggal di Klaten dan menjalani kehidupan yang sederhana.
Meski tidak lagi aktif dalam promosi teknologinya, ia tetap menjadi inspirasi bagi banyak inovator muda di Indonesia.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa ia masih terus melakukan penelitian dan pengembangan secara mandiri, meskipun dalam keterbatasan sumber daya.
Sayangnya, sorotan media terhadap Joko Suprapto mulai meredup seiring berjalannya waktu.
Banyak yang beranggapan bahwa penemuannya telah "dikubur" oleh kurangnya dukungan pemerintah maupun sektor swasta.
Padahal, dengan investasi yang memadai, teknologi ini berpotensi menjadi solusi revolusioner dalam dunia transportasi.
Perbandingan Dengan Elon Musk
Nama Elon Musk sering dikaitkan dengan inovasi energi terbarukan melalui perusahaan seperti Tesla dan SpaceX.
Namun, sebelum Musk mempopulerkan kendaraan listrik berbasis baterai, Joko Suprapto sudah mencoba mengembangkan teknologi berbahan bakar air.
Meski berbeda dalam pendekatan teknologi, keduanya memiliki visi yang sama: mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Bedanya, Musk memiliki akses ke sumber daya finansial dan jaringan internasional yang memungkinkan visinya berkembang pesat.
Sementara itu, Joko Suprapto menghadapi keterbatasan yang membuat inovasinya sulit bersaing di pasar global.
Mengapa Teknologi Ini Belum Berkembang ?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan teknologi Joko Suprapto belum berkembang secara luas:
- Kurangnya Dukungan Finansial:
Penelitian dan pengembangan teknologi energi alternatif memerlukan investasi besar.
Tanpa dukungan dari pemerintah atau investor swasta, sulit bagi inovasi seperti ini untuk berkembang.
- Regulasi Dan Birokrasi:
Regulasi yang tidak mendukung dan proses birokrasi yang panjang seringkali menjadi hambatan bagi penemu lokal untuk memasarkan produk mereka.
- Kurangnya Infrastruktur Pendukung:
Teknologi berbahan bakar air memerlukan infrastruktur baru, seperti stasiun pengisian hidrogen, yang belum tersedia di Indonesia.
- Minimnya Pengakuan Internasional:
Penemuan Joko Suprapto kurang mendapatkan perhatian di tingkat global, sehingga sulit bersaing dengan inovasi dari negara lain.
* Simak juga: Fakta - Fakta Menarik Mengenai Kenyamanan Penggunaan Android High-End Dibandingkan iPhone.
Harapan Untuk Masa Depan
Meski perjalanan Joko Suprapto penuh dengan tantangan, inovasinya tetap menjadi inspirasi bagi banyak pihak.
Dalam konteks krisis iklim dan kebutuhan akan energi terbarukan, teknologi berbahan bakar air memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Untuk mewujudkan visi ini, diperlukan:
- Dukungan Pemerintah: Kebijakan yang mendukung inovasi lokal dan alokasi dana untuk penelitian energi terbarukan.
- Kolaborasi Dengan Akademisi: Penemuan Joko bisa dikembangkan lebih lanjut melalui kolaborasi dengan universitas atau lembaga riset.
- Kesadaran Publik: Masyarakat perlu didorong untuk mendukung teknologi ramah lingkungan sebagai bagian dari gaya hidup mereka.
Joko Suprapto adalah bukti bahwa Indonesia memiliki talenta inovatif di bidang teknologi.
Meski tidak setenar Elon Musk, kontribusinya dalam menciptakan mesin kendaraan berbahan bakar air menunjukkan potensi besar yang dimiliki bangsa ini.
Dengan dukungan yang tepat, teknologi ini bisa menjadi solusi energi masa depan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis.
Kini, saat dunia semakin membutuhkan inovasi energi terbarukan, kisah Joko Suprapto harusnya menjadi pengingat bahwa potensi lokal perlu mendapatkan perhatian lebih.
Semoga, suatu saat, teknologi yang ia rintis dapat dihidupkan kembali dan membawa manfaat besar bagi masyarakat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
0 Comments
Posting Komentar